Pendidikan seumur hidup
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu.
Begitulah
definisi maha luas dari pendidikan dimana kita sering luput untuk mengingatnya
atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berlangsung dalam
segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan
pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Bentuk kegiatan dalam pendidikan
terentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau tak disengaja sampai dengan
ter-program.
Pendidikan
berbentuk segala macam pengalaman belajar hidup. Pendidikan berlangsung dalam
beraneka ragam bentuk, pola dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi dengan
sembarangan, kapan dan di mana pun dalam hidup.
Maka
dari itu, pendidikan harus berorientasi kepada peserta didik sebab tujuan dari
pendidikan dengan definisi di atas adalah pertumbuhan, tidak terbatas dan sama
dengan tujuan hidup.
Belajar
dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga bermakna berusaha (berlatih) supaya mendapatkan kepandaian. Kepandaian yang
seperti apa? Apakah kepandaian mengetahui segala hal/ilmu pengetahuan? Tentu
kepandaian di sini masih harus diterjemahkan lagi merujuk kepada
prinsip-prinsip dasar pendidikan.
Ada
empat pilar belajar agar mencapai kepada pengertian pendidikan seumur hidup.
1. Belajar untuk mengetahui (Kognitif)
2. Belajar untuk berbuat (Afektif)
3. Belajar untuk hidup bersama (Psikomotorik)
4. Belajar untuk menjadi diri sendiri (Spiritual)
Belajar untuk mengetahui berpusat kepada otak manusia. Di sini bagaimana kemampuan
individu mencari dan menyimpan segala macam informasi yang bersifat dasar atau
menyeluruh sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Belajar untuk berbuat berpusat kepada sikap dan prilaku manusia. Hubungan sosial antar individu
mengikat dalam kehidupan sehari-hari dan setiap individu memiliki kewajiban
sosial di lingkungannya masing-masing.
Belajar untuk hidup bersama adalah kemampuan individu mengolah tubuhnya,
memanfaatkan gerak tubuhnya untuk sebuah kepentingan bersama. Mereka terjun
langsung menciptakan perdamaian. Saling bersinergi satu sama lainnya sehingga
kehidupan bermasyarakat semakin terjalin secara dinamis.
Belajar untuk menjadi diri sendiri berpusat kepada keyakinan individu. Ketika keyakinan itu
semakin tumbuh maka apapun yang akan dilakukan dapat diselesaikan dengan baik,
dan meraih apa yang diinginkan. Keyakinan inilah yang sangat sulit didapatkan,
mereka harus melatih otak, rasa dan tubuh terlebih dahulu agar keyakinan itu dapat
diraih. Jika terampil dalam ilmu pengetahuan, terampil dalam bersikap di
lingkungan, terampil dalam bekerjasama dengan yang lain maka individu yang
belajar akan mendapatkan kepandaian yang diharapkan.
Berteater untuk Hidup
Teater
dalam bahasa Inggris adalah Theater
yang berarti tempat untuk menonton atau istilah lainnya adalah drama. Tetapi,
dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau
naskah, penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman
atau penikmat dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar,
penonton, pengamat, kritikus, atau peneliti).
Dalam
arti sempit, teater adalah drama kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah
yang tertulis atau karya sastra.
Proses
penjadian drama ke teater disebut proses teater atau berteater. Disinilah letak
keseriusan dalam teater sebab bagaimana setiap individu harus berperan agar
mendapatkan sebuah hasil yang baik.
Dalam
berteater ada tiga hal yang sangat memengaruhi hasil dalam pertunjukan di atas
panggung.
1.
Olah pikiran
(Kognitif)
2.
Olah rasa (Afektif)
3.
Olah tubuh (Psikomotorik)
Olah
pikiran cenderung kepada bagaimana individu yang berteater dapat menganalisa,
memahami dan mendapatkan ilmu pengetahuan dari sebuah naskah atau tema. Olah
pikiran ini dapat membantu mereka yang berteater mendalami ideologi yang
terkandung dalam sebuah naskah sehingga menimbulkan cara pandang baru dalam
prosesnya, atau mengembangkan pandangan yang sudah ada.
Olah
rasa adalah ilmu untuk mengontrol emosi, perasaan dan hati. Ini dapat membantu
mereka yang berteater mendalami karakter tokoh. Bersikap marah, senang, sedih,
dan lainnya. Semua yang berhubungan dengan kejiwaan si tokoh sehingga dalam
pementasan mereka dapat menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan
kenyataannya.
Olah
tubuh adalah menampilkan gerakan-gerakan tubuh agar dapat melakukan gerakan-gerakan
yang sebenarnya. Ini adalah bagian dari pendalaman karakter tokoh yang mengikat
dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, setiap gerakan yang dihasilkan dalam
kehidupan sehari-hari seperti duduk, berjalan, berlari dan lain-lain harus
dikuasai oleh orang yang berteater.
Dalam
sebuah pementasan drama dipimpin oleh Sutradara dan dibantu oleh penata rias,
penata lampu, penata busana, penata suara. Mereka semua bekerja sama agar
pertunjukan berjalan baik.
Belajar
Dari pengertian pendidikan dan
teater tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa dalam berteater ada unsur-unsur
pendidikan yang mengikat dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Berteater adalah belajar hidup sebab mereka yang berteater memindahkan
peristiwa nyata kedalam dunia peran. Di dalam prosesnya mereka akan mendapatkan
pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan pertumbuhan individu masing-masing.
Baik pertumbuhan secara pikir (kognitif), secara rasa atau sikap (Afektif) dan
pertumbuhan tubuh (psikomotorik) dalam gerak dan berhubungan dengan masyarakat.
Ini yang mungkin luput dari
perhatian orang-orang yang hidup di dunia modern seperti ini. Mereka menganggap
bahwa berteater adalah membuang waktu atau kesia-siaan. Padahal, semua lembaga
pendidikan atau dunia pekerjaan hanyalah dunia peran. Mereka berperan dalam
hidup agar mendapatkan apa yang mereka inginkan sedangkan teater berperan di
atas panggung agar mendapatkan kehidupan yang sebenarnya tanpa didasari
keinginan masing-masing.
Share This Article :
comment 0 komentar
more_vert