“Film ini terinspirasi dari kegiatan murid-murid saya menjelang mengikuti Ujian Nasional,” kata Nana Sastrawan.
Itulah yang terjadi pada remaja di era sekarang, ketika mereka akan menghadapi ujian, mereka seolah tak memiliki tanggungjawab untuk mendapatkan nilai-nilai atau hasil yang lebih baik. Justru, mereka hanya memikirkan urusan yang diluar kegiatan sekolah, seperti bermain game, berpacaran dan saling curiga sesama
teman. Padahal dalam diri mereka semua ada keinginan untuk lulus.
teman. Padahal dalam diri mereka semua ada keinginan untuk lulus.
Film ini mengisahkan beberapa sketsa dari beberapa tokoh. Tentu saja, si penulis naskah, yakni Nana Sastrawan mengambil dari peristiwa nyata. Tokoh-tokohnya pun adalah tokoh yang nyata dengan cerita yang tidak dibuat-buat, semua nyata. Hanya bedanya, si tokoh itu harus bermain drama. Menampilkan kenyataan yang dialami bersama lawan mainnya dengan drama, film yang fiksi.
Terasa sulit dalam menimbulkan emosi yang sebenarnya meskipun mereka memendam rasa yang sama sesuai dengan fakta. Mereka terbawa emosi sendiri, sehingga untuk menampilkannya terasa kaku. Cikal dan Suci contohnya, yang memperebutnya laki-laki yang sama. Di dunia nyata, mereka memang terjadi sesuai dengan kisah di film ini. Namun, mereka harus berdamai dengan diri sendiri agar film ini berjalan dengan lancar. Berbeda dengan Renaldi dan Dinda, dalam dunia nyata mereka memang sepasang kekasih yang tengah kasmaran, lalu mereka harus putus. Itulah kenyataannya. Mereka juga harus menguasai diri, agar emosinya stabil.
Nana Sastrawan memang sengaja memilih mereka untuk membuat film ini seperti aslinya. Tentu saja, ada pesan-pesan moral yang diselipkan dalam film ini, khususnya untuk remaja, dan mungkin berguna bagi para pendidik agar memahami dunia remaja di sekolah. Hal-hal yang bersifat dengan karakter remaja ini terkadang terabaikan, sehingga perubahan sikap pada mereka mundur di saat perkembangan teknologi semakin menanjak. Selamat menonton. Klik di sini ya….https://www.youtube.com/watch?v=s_uCjPjIl3g