Penulis: Nana Sastrawan
Oleh Nana Sastrawan[1] Sebuah gerakan kecil atau besar di dunia literasi tetap memiliki nilai, begitu pun yang dilakukan oleh SIP Publishing melalui kelas menulis puisi yang telah masuk ke angkatan 16 yang kali ini mengambil tema ‘Puisi untuk Guru Indonesia’ dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2024. Puisi-puisi yang terkumpul pun beragam dari berbagai profesi, ini menguatkan bahwa puisi, sesungguhnya telah digemari oleh semua kalangan. Lalu, bagaimana dengan puisi-puisi yang masuk ke meja redaksi sehingga puisi-puisi tersebut dapat kita baca di dalam buku ini. Pertama, kegiatan ini dilakukan sebagai ajang belajar bagi peserta untuk mengenal puisi dan menulis…
Oleh Nana Sastrawan[1] Menulis puisi adalah menciptakan kata-kata (metafora), itulah yang dikatakan Sutardji Calzoum Bachri dalam buku kumpulan esai ‘Isyarat’. Konsentrasi seorang penyair ketika menulis puisi terutama adalah pada upaya menciptakan kata-kata atau susunan kata-kata. Disitulah makna dapat diraih. Kecenderungan untuk mendapatkan makna dari menciptakan kata-kata atau susunan kata-kata, itulah sebabnya kenapa kata-kata dalam puisi kelihatan aneh atau tidak familiar. Dalam buku ini pun kita dapat menangkap makna-makna dari serangkaian kata-kata yang tercipta; metafora-metafora yang ditulis oleh penulis-penulis. Ada beberapa puisi terbaca memiliki karakter berbeda, mempunyai ruang-ruang imaji bagi pembaca. Namun, tida sedikit juga puisi-puisi yang sekadar menumpah isi hati.…
Oleh Nana Sastrawan Meskipun sudah ribuan puisi dari kelas menulis puisi yang sekarang telah angkatan ke-14, namun sedikit yang penyair dan puisinya menyatu. Penyair, tentu sebagai orang-orang yang gelisah, secara psikologi ia berkembang dalam meramu kepekaan rasa. Puisi, terhubung dengan ilmu bahasa; diksi, gaya bahasa, gaya ungkap dll. Akan tetapi, perlu diapresiasi juga, semakin terlihat perubahan para peserta dalam menulis puisi, mereka telah berani keluar dari gaya kepenulisan ‘curhat’ dalam menulis puisi. Puisi tidaklah sekadar menghiraukan pesan, isi, tema, tetapi dapat memberikan perhatian pada cara pengungkapan melalui bahasanya. Baiklah, jika Anda sekadar meniatkan puisi ‘hampa’, yang hanya memiliki ‘kekosongan’ dan…
Oleh Nana Sastrawan Pagi hari setelah semalam mengisi PODCAST di youtube Yatra Caruban Official bersama Wawan Hamzah Arfan penyair dari Cirebon, masih saja terngiang pertanyaan: Apakah sastra milenial itu instan? Maksud dari pertanyaan itu tentu saja suatu pertanyaan renungan, mengingat ia sebagai penyair yang sudah senior dan berpuluh tahun berproses menulis puisi dengan ‘berdarah-darah’, sementara di era teknologi seperti sekarang ini, generasi muda yang lebih dikenal dengan generasi milenial dan Gen Z dengan mudahnya menulis puisi, lalu disebarkan keberbagai flatform media sosial. Setelah itu, menjadi viral dan terkenal. Beberapa jawaban telah diutarakan dalam acara wawancara di youtube; satu di antaranya…
Oleh Nana Sastrawan[1] Menulis puisi bisa dilakukan dengan berbagai cara satu di antaranya melalui foto. Ketika inspirasi macet, tak ada ide untuk memulai menulis, foto sebagai jembatan memancing ingatan pada peristiwa-peristiwa. Foto juga dapat dihadirkan dalam proses menulis puisi sebagai obyek untuk menuliskan kata pertama; misalkan kita melihat laut dalam foto tersebut. Kita bisa menuliskan kata ’laut’ pada awal menulis puisi, dan selanjutnya dapat meneruskan kalimat-kalimat lainnya ketika pikiran atau imajinasi kita mulai bekerja. Dalam buku ini, terkumpul ratusan puisi yang tercipta melalui foto-foto dari para penulisnya, dan dapat dibaca sebagai puisi yang utuh dalam karya sastra tanpa harus disandingkan…
Oleh Nana Sastrawan[1] Mengira seorang kurator puisi dapat memberikan kemudahan untuk pemilihan puisi-puisi yang akan ditayangkan di media online, apalagi media itu berhonor, seorang penulis datang pada saya: Kang Nana, minggu depan puisi saya bisa dimuat? Sejenak saya terdiam, sambil memandang wajahnya. Tentu saja tampak dari raut wajahnya, ia serius mengatakan itu. “Saya tak bisa.” “Loh, kenapa Kang? Saya sudah sering menerbitkan buku loh.” “Bagaimana mungkin saya bisa memuat puisi yang belum pernah saya baca. Jika ingin mengirim, boleh-boleh saja.” Setelah peristiwa itu, ia tidak pernah bertegur sapa lagi. Bahkan kerap kali ia mengkritik saya dalam urusan tulis menulis. Secara…
Oleh Nana Sastrawan “Kegelisahan adalah tanda hidup.” Itulah pernyataan Sitor Situmorang yang sangat populer di kalangan seniman, khususnya para penyair. Lalu, apa maksud di balik pernyataan itu? Tentu saja seorang penyair sebagai pencipta puisi akan selalu berkarya jika selalu berada pada titik kegelisahan. Ya, rasa dan pikirnya selalu gundah menyaksikan keadaan sekitar, peka terhadap lingkungan. Sebab menulis puisi ialah upaya untuk mewujudkan atau melengkapi kemanusiaan. Yaitu, sebuah usaha ideal dan imajinatif dalam lingkaran realitas keseharian penyairnya. Begitu pun yang tertulis dalam buku ini. Puisi-puisi dalam buku ini lebih bersifat impresi. Memaparkan suasana, kesan, atau gambaran tempat-tempat yang dikunjungi dan hal-hal…
Oleh Nana Sastrawan Puisi mengisyaratkan jalan-jalan makna, memahami dunia di sekitar penyairnya; dunia besar dan dunia kecil. Disadari bahwa dunia yang dihadapi adalah dunia yang kontradiktif. Namun, dengan adanya kontradiktif ini membuka tirai kesadaran untuk menemukan tafsir-tafsir yang semakin terbuka luas. Dari peristiwa-peristiwa yang menyentuh ruang kesunyian penyair atau pengalaman spiritual penyair itu sendiri dalam menjalani hidup ini. Ya, setiap orang memiliki kepribadiannya masing-masing sekaligus sikap dalam melihat sesuatu hal yang terjadi. Dari itu pun mereka dapat menemukan makna; kesepian, keterasingan, ketidakberdayaan sehingga dari setiap individu akan mencari sosok yang lebih kuasa, yakni Tuhan. Itulah mengapa puisi dapat menjadi jalan…
Oleh Nana Sastrawan Puisi, kerap dianggap sebagai ucapan bayangan batin penyair. Ketika ia terlibat secara emosional dalam sebuah peristiwa, boleh jadi jiwanya tak tenang. Ada gejolak yang bergerak begitu saja. Dalam bayangan batin itu tercermin gambaran yang jernih suara hatinya dalam memaknai hidup yang tak pernah sepi dari berbagai persoalan. Begitulah Subagio Sastrowardoyo berhujah. Bagi A. Teeuw, kekuatan puisi tidak hanya jatuh pada tema yang menunjukkan kekayaan dan keberanekaragaman pemaknaan persoalan hidup, melainkan juga bergantung pada bahasa dan cara mengungkapkan. Tentulah, ini dapat ditangkap penyair pada saat terjadi proses kreatif yang berkelindan dengan sentuh estetis. Ya, proses kreatif dalam menulis…
Oleh Nana Sastrawan “Kegelisahan adalah tanda hidup.” Itulah pernyataan Sitor Situmorang yang sangat populer di kalangan seniman, khususnya para penyair. Lalu, apa maksud di balik pernyataan itu? Tentu saja seorang penyair sebagai pencipta puisi akan selalu berkarya jika selalu berada pada titik kegelisahan. Ya, rasa dan pikirnya selalu gundah menyaksikan keadaan sekitar, peka terhadap lingkungan. Sebab menulis puisi ialah upaya untuk mewujudkan atau melengkapi kemanusiaan. Yaitu, sebuah usaha ideal dan imajinatif dalam lingkaran realitas keseharian penyairnya. Begitu pun usaha SIP Publishing yang membuka kelas menulis bersama Nana Sastrawan yang telah mencapai angkatan ke-7, pesertanya pun sekitar 300an lebih dan terkumpul…
Subscribe to Updates
Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.