Penulis: Nana Sastrawan
#1 Launching & Bedah Buku @ Toko Buku Alternative Jendela Sabtu 13 Maret 2010, pukul 14.30 WIB Dengan menggunakan KRL jurusan Bogor, Roadshow pertama dimulai. Meski mundur sekitar 1,5 jam dari yang dijadwalkan, tapi acara tetap berlangsung meriah. Puisi-puisi dalam Kitab Hujan dibedah oleh Rizky (ID Facebook Busuk Rupa) dari Komunitas Menulis Bogor, diselingi dengan gerak dan musikalisasi puisi oleh teman-teman teater Nusantara #2 On Air @ RRI Pro 2 FM Minggu 14 Maret 2010, pukul 16.00 WIB Ada satu lagi puisi dalam buku Kitab Hujan yang dimusikalisasi oleh teman-teman Teater Nusantara dan baru dipublikasikan di acara on air ini,…
Oleh Nana Sastrawan Akhirnya malam menjatuhkan hidupnya ke dalam hati yang sedang menulis cerita dari perang dan air mata. dengan desah, kau mengusik sepi yang terpelihara sejak kau menikam tawa yang menggerayang. lalu kabut menusuknusuk tulang, beku menunggu kerinduan membahana. kau tahu, mereka mencoba menemaniku di sebuah pembaringan dengan doa dan sumpah. menggelitik loronglorong senyap yang sengaja bercakapcakap pertanyaan garang seakan ingin merobek hidupku yang telah hancur oleh kerasnya sebuah ungkapan. maka, ku lemparkan saja tubuhku ke dalam lumpur hitam sambil memandang gambar yang telah lama kau berikan, wajahku semakin kusut. mungkin perang belum berakhir atau air mata masih mengurai…
Oleh Nana Sastrawan Setiap pagi, aku terbangun dengan buku yang baru saja dipinjam dari toko sepatu, tapi bukan di deretan sepatu. aku menemukannya di meja kasir yang penjaganya seorang wanita. kita berbincang tentang apa saja, tapi bukan sepatu. kita berbincang tentang canda dan diam. setelah itu kau mulai nakal dengan meminjam tubuhku dan memungut hidup dalam kepalaku lalu kita pun sepakat menukar buku. buku yang hanya tiga bab bab pertama cerita tentang wajah yang muram hitam, legam guratan luka mendendam ekpresi diam dari wajah itu sering terdengar gaung dan penuh orangorang hitam mencangkulcangkul wajah, namun tetap saja hitam, meskipun sudah…
Olen Nana Sastrawan Dari biru berbisik tentang angin membangun gelombang di tepi dermaga bawakan kesedihan samudera di riaknya, menangis sedu dan rindu tanpa ada semilir nafas keabadian kini, nanti dan harihari di tengah badai terombangambing pengharapan bersama waktu tertanam dalam hati namun tak dapati kepastian dan kau tatap langit merebus matahari dengan amarah memukul laut yang fasih berucap angin lalu bersumpah di tengah jeritan biar hancur, biar musnah biar senyap kehidupan tinggal serpihan kenangan biru bisikanmu inilah peristiwa yang membawa segala ke dalam kesendirian menjelma buihbuih sepi terhempas menerpa karang kesombongan dan hilang tal berbekas — Puisi ini dibacakan di…
Oleh Nana Sastrawan Aku terhenti di persimpangan tiga lampu kematian bau asap kehancuran dan segerombol jeritan memanggil hujan tangantangan menengadah mengucap sumpah “kami akan membunuh rasa pahit ini dengan segelas racun darimu” dan berhamburan lapar menyerang tombak parang pedang celurit senapan dor dor DOR aku menatap kematian sungguh indah dan mengesankan selamat jalan Puisi ini dibawakan di acara Reboan Wapress Bulungan, 28 Oktober 2009. Kolaborasi Nana S dan Teater Nusantara, sutradara Ayak MH.
Oleh Nana Sastrawan 1. Gerimis sunyi membuka halamanhalaman di dadaku meresap senyap temani rumput sepi yang di nyanyikan angin halaman membawakan cerita tentang siapa yang sedang di baca siapa yang sedang menulis dan siapa? sgala terbaca dalam nadiku dari detak detik yang mengeja katakata berjatuhan di halaman yang kalian kira sebuah perjalanan adalah tanah kosong tak berumput hanya debudebu menari memuja panas dalam kobaran lampu dunia sesekali puyuh meriuh, berputarputar membentuk salam kepada yang diam yang kalian kira sebuah penjara adalah tanah kering, terjal bebatuan sangat menusuk, hati,duri-duri dari permata bahkan syair-syair yang terhenig,yang mengongkang senjata di ujung kepala DOR…
Oleh : Handoko F Zainsam – Pemerhati Sastra, Penggagas Komunitas Mata Aksara (KoMA) KARYA adalah hasil dari suatu kontemplasi, pendataan, observasi, dan berbagai renungan menanggapi sebuah peristiwa. Tak heran, karya kadang memiliki sifat yang sangat personal dan kadang memiliki nilai yang mampu dinikmati secara umum. Sebuah karya sastra, memetik pendapat Goldmann dalam “The Epistemologi of Sociology” (1981:55-74), pada dasarnya merupakan sebuah pengungkapan atau proses menyatakan pandangan dunia secara imajiner. Karena itu, dalam pengungkapannya semua diciptakan dengan relasi-relasi secara imajiner pula. Relasi-relasi yang dibangun dipusatkan pada elemen kesatuan pembentukan karya. Banyak elemen relasi pembentukannya. Satu diantaranya adalah aspek keindahan. Untuk mengurai…
Membaca puisi-puisi Nana terasa kental nuansa kepahitan dan kegetiran dalam kehidupan yang tak terpahamkan. Jadilah itu kabut yang menutup pandang tentang kenyataan. Membangkitkan sejuta pertanyaan pertanyaan yang bahkan dia sendiri telah menyerah dalam mencari jawab nya dengan melingkarkan jawaban adalah sebagai pertanyaan itu sendiri. Entah yang ditulisnya adalah perjalanan hidupnya sendiri atau hanya sekedar imajinasinya saja, namun keberaniannya untuk mengungkapkan sangat layak untuk dibaca dan diacungin ibu jari karena apa yang dituliskannya adalah salah satu penafsiran atas penglihatannya tentang kehidupan meskipun kabut mencoba menutupinya. (DR. Ir. Loektamadji A. Poerwaka M.T. M.H. – pencinta sastra) “…tak terelakan, kita akan terdiam…
Subscribe to Updates
Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.