Penulis: Nana Sastrawan
Oleh Nana Sastrawan Puisi yang baik kerap lahir dari penyair sejati. Ya, penyair sejati. Ia tidak akan terburu-buru menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam puisi. Setiap objek yang dilihat, dirasa, dijalani, diketahui masuk ke ruang pikir yang dalam, lalu, diramu hingga mencapai titik maksimal. Jadilah puisi yang sebenar-benarnya puisi: menggugah dan inspiratif. Kesejatian yang mengalir dalam tubuh penyair pun tidak bisa dikatakan mudah didapat. Sebut saja Chairil Anwar dan Rendra, sekadar merujuk dua nama. Bagaimana perjalanan kepenyairannya membentuk sikap yang sejati, sehingga karya-karyanya berkualitas dan fenomenal. Suatu ketika saya pernah berbincang dengan penyair-penyair yang buku puisinya terpilih sebagai pemenang dalam…
Pengantar Proses Menulis: Diksi dan Kegelisahan Seorang Penyair Oleh Nana Sastrawan Puisi yang baik kerap lahir dari penyair sejati. Ya, penyair sejati. Ia tidak akan terburu-buru menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam puisi. Setiap objek yang dilihat, dirasa, dijalani, diketahui masuk ke ruang pikir yang dalam, lalu, diramu hingga mencapai titik maksimal. Jadilah puisi yang sebenar-benarnya puisi: menggugah dan inspiratif. Kesejatian yang mengalir dalam tubuh penyair pun tidak bisa dikatakan mudah didapat. Sebut saja Chairil Anwar dan Rendra, sekadar merujuk dua nama. Bagaimana perjalanan kepenyairannya membentuk sikap yang sejati, sehingga karya-karyanya berkualitas dan fenomenal. Suatu ketika saya pernah berbincang dengan…
Oleh Nana Sastrawan Setiap pengarang memiliki proses kreatifnya sendiri ketika menulis sebuah naskah. Bisa saja, dimulai dengan munculnya ide. Dengan kata lain, ada semacam pusat tema dalam pikirannya yang mendasari lahirnya sebuah karya atau naskah. Kemudian, tema itu diurai menjadi bahan-bahan untuk menulis, bisa menjadi puisi, cerpen, novel, naskah drama atau skenario film. Ada pula pengarang yang terdorong menulis karena melihat keadaan sekitar, peristiwa-peristiwa yang berseliweran melintas di hadapannya. Bisa juga pengarang menulis dari gejolak batinnya. Kegelisahan-kegelisahan yang berkecamuk dalam hati mereka, berupa; kerinduan, patah hati, cinta atau kegagalan-kegagalan. Semua lahir, tentu tidak dengan tiba-tiba. Semua itu dituliskan dalam proses…
Akhirnya buku yang ditunggu-tunggu sudah dapat dipesan. Silakan klik bit.ly/novelsumbi sudah bisa langsung pesan melalui shopee, tokopedia atau langsung ke penerbitnya. Harganya lagi didiskon gede-gedean untuk 100 pemesan awal. Pastikan sahabat Nana Sastrawan menjadi bagian pemesan awal. Dapatkan juga, Kelas Menulis Gratis bersama penulisannya, Blind Book dan Buku Edisi Bertanda Tangan. Cerita dalam buku ini mengupas tentang kehidupan seorang perempuan yang harus melakukan sumpahnya untuk mengawini seekor Anjing. Tentu ini mustahil dilakukan oleh seorang manusia, tetapi sumpah adalah hal yang sangat sakral, ia tidak ingin melanggarnya. Buku ini menggambarkan situasi ganjil, tetapi memberikan ruang tafsir yang berbeda, bahwa di kehidupan sekarang,…
Cerpen ini telah dimuat di Tanjung Pinas Pos, Edisi Februari 2020 Oleh Nana Sastrawan Dialah Si Manusia Kebo. Setiap hari kerjanya hanya makan, tidur, makan tidur, makan dan tidur lagi. Tapi dia tidak pernah terserang penyakit, badannya tambun dan selalu tertawa setelah kenyang, barisan giginya mengkilap seolah makanan yang dia makan membersihkan gigi-giginya, dan tampangnya seperti anak berumur lima belas tahun, baru baligh, cengar-cengir, lalu senang bertepuk tangan jika melihat hal yang lucu persis anak idiot. Tak ada yang tahu persis kapan dan di mana ia dilahirkan, tiba-tiba saja ia berkeliaran, sejak seabad…
Oleh Nana Sastrawan Puisi yang baik kerap lahir dari penyair sejati. Ya, penyair sejati. Ia tidak akan terburu-buru menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam puisi. Setiap objek yang dilihat, dirasa, dijalani, diketahui masuk ke ruang pikir yang dalam, lalu, diramu hingga mencapai titik maksimal. Jadilah puisi yang sebenar-benarnya puisi: menggugah dan inspiratif. Kesejatian yang mengalir dalam tubuh penyair pun tidak bisa dikatakan mudah didapat. Sebut saja Chairil Anwar dan Rendra, sekadar merujuk dua nama. Bagaimana perjalanan kepenyairannya membentuk sikap yang sejati, sehingga karya-karyanya berkualitas dan fenomenal. Suatu ketika saya pernah berbincang dengan penyair-penyair yang buku puisinya terpilih sebagai pemenang dalam…
Oleh Nana Sastrawan Suatu kebetulankah jika puisi bertemu dengan penyairnya, atau penyair bertemu dengan puisinya? Pertanyaan itu kerap muncul dalam setiap diskusi kecil di dalam komunitas atau diskusi besar berwujud seminar di kampus. Jawaban bermunculan, dan setelah mendengar jawaban-jawaban tentang pertanyaan itu selalu saja ada ketidakpuasan, atau bisa jadi suatu yang membingungkan. Ya, sering kali terjadi diskusi-diskusi tentang puisi dapat diambil intisarinya, atau malah tidak berfaedah sama sekali. Itu bisa dibuktikan dengan masih ditemukan orang-orang yang mempelajari sastra masih kesulitan menciptakan puisi, atau masih sulit membedakan metafora dengan diksi dalam puisi. Tetapi, patut dicatat juga, banyak bermunculan penyair muda…
Oleh Nana Sastrawan Menulis adalah kerja intelektual. Itulah yang terbesit pertama kali ketika saya mulai menulis di tahun 2006 sejak mulai mengenal dunia kampus di mana saya berkumpul dengan orang-orang yang selalu membicarakan mimpi-mimpinya. Ya, saya memang tidak terlahir dari kalangan Bangsawan atau orang-orang kaya di Negeri ini. Menginjak pekarangan kampus saja, itu suatu mukjizat. Agak heran bagi saya sampai saat ini mengapa saya bisa menulis, khususnya fiksi. Ketika kecil saya terlahir di kampung dengan serba kekurangannya, pindah ke kota, hidup di jalanan dan bekerja serabutan. Sekarang, saya memiliki ijazah, karya dan beberapa orang mengenal saya sebagai penulis. Entahlah, hidup…
Oleh Nana Sastrawan Sesungguhnya suara itu tidak bisa diredam Mulut bisa dibungkam Namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan Di sana bersemayam kemerdekaan Apabila engkau memaksa diam Aku siapkan untukmu : pemberontakan! Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang merayakan hartamu Ia ingin bicara Mengapa kau kokang senjata dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan? Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata Ia yang mengajari aku untuk bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya Apabila engkau tetap bertahan Aku akan memburumu seperti kutukan Itulah puisi Wiji Thukul seorang penyair yang…
Oleh Nana Sastrawan Manusia memiliki perjalanannya sendiri dalam kehidupan ini. Terekam, menjadi ingatan. Catatan-catatan dalam ingatan itu bisa saja berupa gambar peristiwa atau potret anatomi tubuh sendiri, atau catatan-catatan kecil berupa cerita. Seiring waktu, ingatan itu dapat diolah menjadi ide dan pemikiran, tinggal bagaimana manusia itu mengolahnya untuk disampaikan. Salah satu media penyampaianya adalah karya sastra. Jika kita cermati setiap karya sastra yang diciptakan oleh para penulis Indonesia tidak lepas dari perjalanan panjang penulisnya atau berupa kesaksian atas satu, serangkaian peristiwa yang terjadi pada zaman tertentu. Misalnya (Sekadar merujuk satu nama) Pada puisi Chairil Anwar ‘Karawang Bekasi’. Itulah sebabnya, dari…
Subscribe to Updates
Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.